Wednesday, October 17, 2012

Hati-hati Dalam Membeli Asuransi Pendidikan

Sebagai orang tua tentunya kita harus siap untuk membiayai segala rupa kebutuhan anak, temasuk salah satunya adalah biaya pendidikan. Sudah umum diketahui, biaya pendidikan saat ini semakin meningkat, terutama seiring dengan paket pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah bersangkutan. Kalau bisa berharap dan bermimpi, mungkin suatu hari nanti, pendidikan akan diperoleh secara gratis di negeri ini. Nah sebelum itu semua terjadi, alangkah bijaknya apabila kita menyiapkan dana tersendiri untuk keperluan pendidikan anak-anak kita kelak. Salah satunya bisa dengan membeli asuransi pendidikan yang saat ini sudah mulai banyak menjadi tren di kalangan orang tua. Namun hati-hati dalam membeli produk asuransi pendidikan, artikel berikut, dari tabloid Kontan, mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan anda ketika membeli produk asuransi pendidikan.

Banyak kesalahan yang sering dilakukan para pembeli asuransi pendidikan. Kesalahan yang peling sering dijumpai adalah tidak menyesuaikan, antara kapan memerlukan uang untuk membayar biaya pendidikan dengan tanggal jatuh tempo. "Sehingga ketika ada keperluan biaya pendidikan, dia tidak bisa mencairkan." kata M. Hadi Wijayaningrat, agen asuransi pendidikan Allianz.
Itu sebabnya, Hadi berpesan, bila nasabah dari awal berniat mau mencairkan dananya di asuransi jika ada kebutuhan mendadak, dia harus memastikan dari awal bahwa produk asuransi tersebut bisa dicairkan sewaktu-waktu. jangan sampai nasabah baru menyadari ketika sudah di tengah jalan.

Di luar itu, menurut Ligwina Poerwo Hananto, Perencana keuangan dan CEO QM Financial, masih banyak kesalahan yang sering dijumpai saat membeli asuransi pendidikan. Pertama, menempatkan nama anak sebagai tertanggung dalam polis asuransi pendidikan. Padahal, ini bisa berakibat fatal pada rencana keuangan anda. Seharusnya, nama tertanggung yang tertera adalah nama orang tua sebagai pemberi nafkah utama. Sehingga, jika orang tua meninggal, anak sebagai ahli waris bisa menerima manfaat uang pertanggungan dari polis itu.

Kedua, tidak memperhatikan target dana pendidikan. Saat membeli asuransi pendidikan, orangtua seringkali hanya memperhatikan besarnya premi yang dibayarkan. Mereka melupakan tujuan utama untuk menerima manfaat uang yang cukup untuk membiayai anak sekolah di jenjang yang lebih tinggi. "Saya selalu saja bertemu dengan para orangtua yang membeli asuransi pendidikan, tapi tidak mendapatkan manfaat yang mereka inginkan," tulis Ligwina dalam artikelnya di KONTAN.
Ligwina menyarankan, sebelum membeli asuransi pendidikan, anda menentuka dulu atau memperkirakan ke mana anak-anak akan bersekolah. Ada nilai masa depan yang harus Anda pertimbangkan. Setelah itu, Anda cek, apakah ilustrasi asuransi pendidikan bisa mencapai nilai masa depan dana pendidikan anak. Jika ilustrasinya saja tidak mencukupi, berarti Anda membeli jaminan anak kekurangan uang untuk sekolah.

Kesalahan ketia adalah, pembeli asuransi tidak menyadari produk asuransi memiliki risiko. Asal tahu saja, selama membayar premi asuransi pendidikan yang digabungkan dengan investasi, bisa saja imbal hasil produk investasinya tidak sesuai dengan hitungan awal. Alhasil, Anda harus menyiapkan dana lebih besar lagi untuk menutup kekurangan itu.
Untuk mengurangi risiko ini, dari awal, pembeli asuransi harus sudah menyadari dan menyiapkan diri atas risiko itu. Bahkan, para perencana keuangan menyarankan Anda harus melakukan audit portfolio investasi sekurangnya setiap tahun untuk mengurangi risiko. Jika produk tersebut tak sesuai dengan imbal hasil yang Anda proyeksikan, Anda harus siap dengan mengganti produk asuransi lain.

Mike Rini Sutikno, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Finansial & Business Advisory, menambahkan, memiliki asuransi pendidikan mutlak dilakukan. Namun, asuransi bukan menjadi tempat investasi bagi orangtua. Kalau Anda menggunakan asuransi sebagai tempat mengumpulkan dana pendidikan, bisa-bisa dana yang sudah dikumpulkan itu tergerus oleh inflasi biaya pendidikan.
Cuma yang pasti, Mike menjelaskan, membeli asuransi bisa memenuhi semua kebutuhan tujuan keluarga. Sebab, bicara soal merencanakan keuangan keluarga, anggaran asuransi hanya sekitar 5% hingga 10% dari total pendapatan keluarga. Jadi, dengan mengeluarkan sekitar 10% pendapatan, keluarga bisa terlindungi. Tapi dengan syarat, Anda membeli asuransi dengan benar, agar tidak menyesal di kemudian hari.



0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More